Senin, 21 September 2015

PUASA TARWIYAH & PUASA ARAFAH

Keutamaan PUASA TARWIYAH
Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada hari Tarwiyah yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits yang artinya bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun.
Sebuah artikel sederhana karya Dr Abdurrahman bin Shalih bin Muhammad al-Ghafili yang berjudul Hukm Shiyam Asyr Dzilhijjah, berusaha memaparkan hukum puasa yang sering disebut dengan Hari Tarwiyah tersebut.
Ia menjelaskan topik ini merupakan bahasan klasik yang telah banyak dikupas dalam deretan kitab hadis ataupun ulama-ulama terdahulu. Para ulama sepakat, Puasa Tarwiyah hukumnya sunah. Bahkan, sangat dianjurkan berpuasa sejak hari pertama Dzulhijjah hingga Hari Arafah, tepatnya 9 Dzulhijjah.
Dalam kitab Minah al-Jalil Syarh ‘Ala Mukhtashar al-Khalil yang bermazhab Maliki disebutkan hukum berpuasa selama sembilan hari pertama Dzulhijjah hukumnya sunah, istilah puasa tersebut dikenal dengan sebutan asyr Dzilhijjah.
Keutamaan PUASA ARAFAH
Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni pada saat diberlangsungkannya wukuf di tanah Arafah tanggal 9 Dzulhijah oleh para jamaah haji. Wukuf di Arafah bisa dikatakan sebagai inti dari pada pelaksanaan ibadah haji. Karena itu puasa Arafah ini sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tidak menjalankan ibadah haji.
Ibnu Muflih dalam Al Furu’ -yang merupakan kitab Hanabilah- (3: 108) mengatakan, “Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama.”
Adapun orang yang berhaji tidak disunnahkan untuk melaksanakan puasa Arafah.
عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ
“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari no. 1988 dan Muslim no. 1123).
Para Ulama mengatakan bahwasanya paling mulianya hari dalam satu tahun adalah 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah dan paling mulianya malam dalam satu tahun adalah 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan.
Amalan di Bulan Dzulhijjah
Adapun amalan-amalan shaleh yang sangat di anjurkan oleh ulama untuk kita kerjakan pada 10 hari pertama pada bulan Dzulhijjah sangat banyak sekali di antaranya adalah shalat, puasa terutama puasa Tarwiyah dan Arafah serta banyak dzikir kepada Allah SWT.
Ulama mengatakan, “Barang siapa memuliakan atau menghidupkan 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah dengan amalan-amalan ibadah maka Allah Ta’ala akan memberinya 10 keistimewaan, yaitu:
Allah memberikan berkah pada umurnya
Allah menambah rizqinya
Allah menjaga diri dan keluarganya
Allah mengampuni dosa-dosanya
Allah melipatgandakan pahalanya
Di mudahkan keluarnya nyawa ketika dalam keadaan sakaratul maut
Allah menerangi kehidupannya
Di beratkan timbangan kebajikannya
Terselamatkan dari semua kesusahannya
Di tinggikan derajatnya di sisi Allah Ta’ala
Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi: Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku.

HAJI ADALAH ARAFAH ( “Alhajju ‘Arafah ”. “Haji adalah (wukuf) di Arafah.”)

Firman Allah SWT: “..Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu….” (Al-Maa’idah:3)

Apa itu wukuf.?
Wukuf artinya hadir dan berada di Arafah pada waktu tertentu antara waktu zuhur dan ashar.

Makna wukuf adalah berhenti, diam tanpa bergerak. Makna istilahnya ialah berkumpulnya semua jamaah haji di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, hari itu adalah puncaknya ibadah haji dan wukuf adalah sebesar-besarnya rukun haji.

Seperti dinyatakan oleh Rasulullah :
“Alhajju ‘Arafah ”. “Haji adalah  (wukuf) di Arafah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Wukuf adalah kegiatan utama dalam ibadah haji. Bahkan, inti ibadah haji adalah wukuf di Padang Arafah. Bila dalam rangkaian kegiatan haji jamaah tidak dapat melaksanakan wukuf dengan baik, maka tidak sah ibadah hajinya. Wukuf dilaksanakan hanya pada satu hari (siang hari) pada tanggal 9 Dzulhijjah pada penanggalan Hijriyah. Cara pelaksanaan ibadah wukuf ini adalah dengan berdiam diri (dan berdoa) di padang luas di sebelah timur luar kota Mekkah, Arab Saudi. Di daerah terbuka yang gersang tanpa bangunan inilah, lebih dari dua juta umat Islam dari berbagai pelosok dunia selalu berkumpul tiap tahunnya melaksanakan wukuf.

Di mana pelaksaan wukuf Arafah adalah daerah terbuka dan luas di sebelah timur luar kota suci umat Islam di Mekkah, Arab Saudi. Di padang yang luas ini, pada satu hari (siang hari) tanggal 9 Dzulhijjah pada penanggalan Hijriyah berkumpullah lebih dari dua juta umat Islam dari berbagai pelosok dunia untuk melaksanakan inti ibadah haji, ibadah Wukuf.

Siapa yang di wajibkan wukuf.?
Tentunya para jemaah haji
Kapan tepatnya wukuf di laksanakan.?
Wukuf dilaksanakan hanya pada satu hari (siang hari) pada tanggal 9 Dzulhijjah pada penanggalan Hijriyah

Mengapa wukuf di sebut puncak ibadah haji?
Secara fisik, wukuf Arafah adalah puncak berkumpulnya seluruh jamaah, yang berjumlah jutaan, dari penjuru dunia dalam waktu bersamaan. Secara amaliah, wukuf Arafah mencerminkan puncak penyempurnaan haji. Di Arafah inilah Rasulullah menyampaikan khutbahnya yang terkenal dengan nama khutbah wada’ atau khutbah perpisahan, karena tak lama setelah menyampaikan khutbah itu beliaupun wafat. Di saat itu, ayat Alquran, surat al-Maa’idah ayat 3 turun sebagai pernyataan telah sempurna dan lengkapnya ajaran Islam yang disampaikan Allah SWT melalui Muhammad saw.

Apa yang di lakukan para jemaah haji saat wukuf
Disini masing-masing jamaah dipersilahkan untuk mengkondisikan dirinya berkonsentrasi kepada Allah, melakukan perenungan atas dirinya, apa yang telah dilakukan selama hidupnya, merenungi kebesaran Allah melalui Asmaul Husna-Nya, merenungi hari akhirat.

Jika dikaitkan dengan thawaf, maka setelah kehidupan diwarnai dengan gerakan, maka pada suatu saat gerakan itu akan berhenti. Manusia suatu saat jantungnya akan berhenti berdetak, matanya akan berhenti berkedip,kaki dan tangannya akan berhenti melangkah dan berkeliat. Ketika semua yang bergerak itu berhenti, maka terjadilah kematian, dan manusia sebagai mikro kosmos pada saatnya nanti akan dikumpulkan di padang Mahsyar, maka Padang Arafah menjadi lambang dari Padang Mahsyar itu.

Untuk mengetahui gambaran Padang Mahsyar itu sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits, Ada 7 (tujuh) golongan orang dalam pengayoman Allah swt pada hari dimana tidak ada lagi pengayoman selain pengayoman-pengayoman-Nya : Imam  atau  pemimpin yang  adil. Pemuda yang tekun ibadahnya. Laki-laki  yang hatinya terpaut di masjid. Laki-laki yang mencintai karena Allah,dan berpisah  karena Allah pula. Laki-laki yang di rayu wanita bangsawan lagi cantik dia menolak sambil berkata aku takut akan siksa Allah. Laki-laki yang bersodaqoh dengan suatu  pemberian dia merahasiakannya sehingga tangan kiri tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan  kanannya. Laki-laki yang berzikir mengingat Allah dalam kesunyian seraya bercucuran air matanya.(HR. Abu Hurairah Muttafaq ‘Alaih).

Padang Arafah adalah lokasi tempat berkumpulnya jamaah haji. Arafah adalah lambang dari maqam  ma’rifah billah yang memberikan  rasa dan citra bahagia bagi ahli ma’rifah yang tidak dapat dirasakan oleh sebagian besar para jamaah yang wukuf. Di Arafah lah tempat berkumpulnya jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru dunia, yang berbeda-beda bahasa dan warna kulitnya. Tetapi  mereka mempunyai satu tujuan yang dilandasi persamaan ,tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, antara besar dan kecil, antara pejabat dan rakyat biasa, disitulah tampak nyata persamaan yang hakiki.  Arafah menjadi sepenting-penting syiar haji  diambil dari kata ta’aruf yang artinya saling mengenal, dan saling mengenal itu adalah saling menolong, saling membantu diantara mereka. Mu’tamar  akbar ini masih akan berlanjut jika para jamaah haji berkumpul di Mina, alangkah hebatnya peristiwa ini, karena setiap tahun akan berulang sampai hari kiamat tiba.

Jamaah haji berpakaian ihram dengan melepaskan kebahagiaan dan kebanggaan keduniaan, menunjukkan  sikap rendah diri kepada Allah swt, pengakuan dosa di nyatakan kepada Allah swt, permohonan ampun dan segala dosa dinyatakan kepada Allah swt. Setiap jamaah haji menyadari benar betapa dekatnya Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan beribadah kepada Allah dengan penuh ke ikhlasan yang meliputi suasana wukuf di Arafah itu.

Setelah wukuf dilakukan, jamaah haji merasakan bebas dari beban dosa kepada Allah, yakin do’anya dikabulkan, dorongan untuk melakukan kebaikan lebih banyak terasa sangat kuat, dan rahmat Allah pun sangat menentramkan jiwanya.

Dalam sebuah hadits disebutkan : Nabi saw wukuf di Arafah, disaat matahari hampir terbenam , beliau berkata: “Wahai Bilal suruhlah umat manusia mendengarkan saya. “Maka Bilal pun berdiri seraya berkata, “Dengarkanlah Rasulullah saw, maka mereka mendengarkan, lalu Nabi bersabda: “Wahai umat manusia, baru saja Jibril a.s, datang kepadaku,maka dia membacakan  salam dari Tuhanku, dan dia mengatakan; “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa  orang-orang yang berwukuf di Arafah , dan orang-orang yang bermalam di Masy’aril Haram (Muzdalifah) , dan menjamin membebaskan mereka dari tuntunan balasan dan dosa-dosa mereka.

Maka Umar ibn Khattab pun berdiri dan bertanya, Ya Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita saja? Rasulullah menjawab, Ini untukmu dan untuk orang-orang yang datang sesudah mu hingga hari kiamat, kelak Umar r.a,pun lalu berkata,  Kebaikan Allah sungguh banyak dan Dia maha pemurah”.

Dalam hadits lain,Nabi saw mengatakan : “Aku berlindung  kepada Allah swt dari (godaan) syetan yang terkutuk. Tiada hari yang lebih baik banyak Allah membebaskan seorang hamba dari neraka selain dari Hari Arafah”.

Rabu, 02 September 2015

Ibadah Haji Tempo Dulu

Ibadah haji adalah ibadah yang mulia. Allah Ta’ala menjadikannya pilar dari pilar-pilar Islam yang termaktub dalam rukun Islam yang lima. Sejak dahulu, bahkan sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, orang-orang dari berbagai negeri datang ke Mekah untuk berhaji. Mereka datang meneladani syariat bapaknya para nabi, Rasulullah Ibrahim shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hari terus berjalan dan tahun pun berganti abad, manusia kian ramai mengunjungi Baitullah al-Haram memenuhi panggilan Allah Rabbul ‘ibad. Keadaan pun berubah. Lembah Mekah yang gersang dan sepi itu kian ramai dikunjungi. Fasilitas yang sederhana dituntut untuk berubah. Dahulu, orang bebas berhaji setiap tahunnya. Tapi sekarang umat Islam harus mengantri hingga belasan tahun berikutnya. Jamaah yang kian bertambah terbatasi dengan batas-batas tanah suci Mekah, Mina, Arafah dan lainnya. Pemerintah Arab Saudi pun kesulitan membagi kuota, apabila kuota terus bertambah tidak mungkin batas-batas tanah suci yang ditetapkan Nabi harus diubah.
Berikut ini gambaran jamaah haji pada tahun 1953, 61 tahun silam, dengan segala macam pernak-perniknya. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Kalau sekarang jamaah haji dari negeri yang jauh bisa tiba di Mekah dalam hitungan jam dengan pesawat terbang, tidak demikian dengan jamaah haji tahun 1953. Mereka menempuh perjalan berhari-hari bahkan hitungan bulan untuk tiba di tanah suci.
1. Haji 1953
Pada tahun 1953, kebanyakan jamaah haji datang ke Mekah dengan menggunakan kapal laut. Karena saat itu pesawat udara sangat terbatas jumlahnya, mahal, fasilitas penerbangan kurang, dan tidak setiap negara memiliki layanan terbang menuju tanah suci.
2. Tiba dengan pesawat udara
Bagi jamaah haji yang memiliki kemampuan finansial yang lebih dan juga jarak negaranya dekat dengan tanah suci, bisa menempuh perjalanan udara dengan pesawat angkut jenis short take-off and landing yang dapat beroperasi di landasan pendek.
3. Bus Jamaah Haji
Seperti halnya hari ini, jamaah haji dulu juga menggunakan bus sebagai alat transportasi antar daerah haji. Namun busnya masih terlihat sederhana, armadanya sedikit, dan tidak secepat sekarang. Sehingga sebagian jamaah haji naik di atap bus.
4. Batas tanah suci
Lihatlah papan plang batas tanah suci ini, hanya dengan papan kecil dan font seadanya, plus satu orang penjaga. Sekarang satpam perumahan pun lebih dari satu. Bandingkan dengan gerbang tanah suci sekarang.

Pemandangan rumah masyarakat dan perhotelan di sekitar Masjid al-Haram yang saat ini telah dihancurkan karena tuntutan perluasan masjid.
5. Rumah dan hotel
Termasuk menara peninggalan Turki Utsmani juga tergusur karena pelebaran. Sebelumnya, pemerintah Arab Saudi mempertahankan menara ini agar tidak digusur. Mereka mempertimbangkan fitnah yang akan beredar di dunia Islam apabila tiang ini dihancurkan. Namun setelah beberapa kali pelebaran, akhirnya menara ini pun digusur. Kebijakan ini harus diambil lantaran kondisi masjid yang memang sudah tidak memungkinkan lagi menampung jamaah. Permintaan penambahan kuota dari berbagai negara dan jamaah yang membludak jadi alasannya. Kesempatan menunaikan rukun Islam yang kelima dan keselamatan para tamu Allah lebih dikedepankan dari nilai sejarah. Meskipun, kebijakan ini tidak lepas dari sorotan dan kritik, terutama oleh para orientalis.
6. Jalanan Mekah
Jalanan Mekah tampak cukup padat di tahun 1953. Dan menara Utsmani juga masih kokoh berdiri.
7. Pintu Masjid al-Haram
Salah satu pintu masuk Masjid al-Haram.
8. Shalat di pintu masjid
Tahun 1953, Masjid al-Haram pun sudah tidak mampu menampung jamaah haji sehingga sebagian harus shalat di luar masjid.
9. Masjid al-Haram
Masjid al-Haram dengan area tawaf dan lantai yang masih berwujud pasir.
10. Mataf, tempat thawaf
Suasana thawaf yang masih cukup lengang. Bandingkan dengan zaman sekarang, walaupun sudah beberapa kali mengalami perluasan, tempat thawaf tetap penuh sesak seolah-olah tidak tersisa sedikit pun celah.

11. Pintu Kabah
Salah satu hal yang menarik dari haji tahun 1953, jamaah masih diperkenankan masuk ke dalam Ka’bah. Kalau sekarang? Hmm… mencium Hajar Aswad saja terkadang dilakukan dengan isyarat karena jamaah tidak mampu untuk hanya sekedar mendekat ke Ka’bah.
12. Thawaf
Suasana thawaf yang santai dan lengang.
13. Pasar
Aktivitas perdagangan di dekat Masjid al-Haram.
14. Pasar 2
Para pedagang menggelar lapak dagang mereka.
16. female-pilgrim-pallenquin
Kuda dan gerobak kayunya digunakan sebagai alat angkut atau transportasi jarak dekat.
17. Memilih hewan
Suasanan di pasar hewan, memilih kambing kurban.
18. Hewan-hewan kurban
Pasar hewan.
19. Keledai Pembawa Daging Kurban
Keledai digunakan sebagai alat angkut untuk hewan kurban.
20. Jamaah Memasak di Mina
Saat mabid di Mina, jamaah haji masak sendiri dengan tungku, kayu bakar, dan bahan-bahan yang mereka usahakan sendiri. Kalau sekarang? Alhamdulillah sudah ada katering, jamaah bisa fokus ibadah dan berdzikir.
21. Shalat
Jamaah haji shalat di dekat parkiran kendaraan, kendaraannya onta.
23. Jamarah
Suasana jamarah, lengang tidak butuh pasukan keamanan seperti sekarang. Saat ini, kepadatan sudah terjadi sebelum tempat jamarah itu terlihat oleh jamaah.

Inilah kenangan haji tempo dulu, tahun 1953. Ada hal-hal yang jika dilihat dari perspektif zaman sekarang adalah kekurangan. Namun ada juga yang dianggap kemudahan dan kelebihan. Zaman telah berubah, kondisi pun berganti. Namun kewajiban berhaji tetaplah suatu yang pasti. Semoga Allah memudahkan kita semua untuk menunaikan ibadah haji, menunaikan rukun Islam yang kelima, menjadi tamu-Nya di rumah-Nya di tanah suci. Amin..